Drainase Rusak, Pemerintah Dinilai Lamban Menangani
Padang Ekspres • Kamis, 03/11/2011 10:14 WIB • (mg8/mg14) • 621 klik
Padang, Padek—Hujan deras yang mengguyur Kota Padang pada siang hingga sore hari kemarin (2/11), mengakibatkan beberapa pemukiman masyarakat dan ruas jalan utama kebanjiran. Di kawasan Sitinjau Laut, curah hujan yang tinggi menimbulkan longsor, dan jalanan licin hingga membuat sebuah truk terguling. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, hujan terus terjadi hingga 15 hari ke depan.
Pantauan Padang Ekspres sore kemarin, genangan air menutupi sebagian besar pemukiman dan jalan di kawasan Pondok. Terutama di Jalan AR Hakim, Kampung Nias, HOS Cokroaminoto dan Pasa Gadang serta Parak Rumbio. Genangan air yang cukup deras mengakibatkan kemacetan di beberapa ruas jalan. Seperti di pertigaan Jalan Kampung Nias dan sepanjang jalan di kawasan Simpang Haru. Selain di beberapa kawasan tersebut genangan air akibat hujan lebat juga tampak di Lapai, Padangpasir, dan Airtawar serta Jalan Sisingamangaraja dan Sutomo.
Ketinggian air mencapai selutut orang dewasa atau sekitar 60 sentimeter. Beberapa pengendara sepeda motor dan mobil terpaksa mendorong kendaraannya karena mogok. Air juga masuk dan menggenangi belasan rumah warga.
Hadi, 35, warga Kampung Nias mengaku kawasan tersebut seringkali terendam banjir jika hujan deras. Kondisi semakin parah sejak pascagempa 30 September 2009 lalu. ”Drainase di sini banyak yang sudah rusak sehingga jalur air terganggu. Belum ada perbaikan dari Pemko sampai sekarang,” cetusnya.
Sama halnya dengan Yosef, 27, warga Simpangharu. Dia mengaku banjir seringkali melanda tempat tinggalnya setiap kali diguyur hujan lebat. ”Kalau hujan lebat pasti banjir,” katanya. Dia mengatakan banjir disebabkan tersumbatnya saluran air di kawasan tersebut.
Banjir semacam itu kata Sekretaris Dewan Daerah Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sumbar, Rahmi Awalina bisa menyebabkan bencana lebih besar jika tidak cepat ditangani. ”Itu baru hujan dua tiga jam, airnya sudah selutut. Bagaimana kalau hujan terus menerus?” kata dia.
Permasalahan itu, menurutnya tidak lepas dari buruknya sistem drainase dan perencanaan Kota Padang. Dia menyebut pemerintah tidak memiliki perencanaan yang jelas terhadap pembangunan kota. Kondisi diperparah perilaku masyarakat yang banyak membangun tanpa memperhatikan dampak lingkungan.
”Sekarang cara terbaik untuk penanganan banjir di kota adalah dengan mengajak masyarakat sadar lingkungan. Kalau pemerintah masih mengeluh soal kekurangan dana untuk perbaikan saluran kota, itu tak masuk akal, banyak cara kok,” tegasnya.
Kalaupun ada dana, tapi perencanaan dari pemerintah tidak maksimal, hasilnya juga tidak akan bagus. Rahmi menilai kerja sama pemerintah dan masyarakat lebih penting.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat, Harmensyah mengakui sistem drainase di Padang tidak mampu menampung debit air yang besar. ”Kalau untuk banjir besar tidak perlu takut, karena Padang memiliki banyak sungai yang bisa menampung debit air. Tapi yang jadi masalah adalah sistem drainase kotanya,” jelasnya.
Sama halnya dengan Rahmi, Harmensyah juga memperkirakan, apabila sistem drainase tidak segera diperbaiki dan kesadaran masyarakat tidak dipupuk, maka bisa saja banjir besar melanda Padang. ”Apalagi intensitas hujan dalam beberapa pekan terakhir tergolong tinggi,” kata dia.
Dia berharap ada kesadaran masyarakat untuk membersihkan lingkungan di daerahnya masing-masing. Termasuk masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, seperti di kaki bukit maupun di pinggir sungai. ”Kesadaran pemerintah daerah dan masyarakat yang paling penting, mesti banyak sosialisasi ke daerah,” katanya tadi malam.
Buruknya sistem drainase di Kota Padang pun diakui Kepala Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (TRTB) Kota Padang, Dian Fakri. Dia mengungkapkan, akibat gempa 2009 lalu sebagian besar drainase di kota ini mengalami kerusakan.
”Untuk perbaikan sulit meminta anggaran dari pemerintah, karena keterbatasan dana. Makanya kita minta peran masyarakat untuk sama-sama menjaga lingkungan. Bisa dengan gotong-royong rutin,” katanya.
BPBD Sumbar juga menyebutkan, di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) dua daerah yakni Batang Kapas serta Balai Selasa terendam banjir hingga mencapai satu meter. Puluhan rumah dan lahan persawahan warga terendam akibat meluapnya sungai di dua daerah itu. Belum ada laporan korban jiwa, tapi warga yang dekat dengan bibir sungai sudah dievakuasi ke lokasi dinilai aman.
Sementara di Solok Selatan, hujan lebat yang mengguyur daerah itu sepanjang Selasa (2/11), menyebabkan dua jembatan di Kecamatan Sangirjujuan ambruk. Dua jembatan tersebut, jembatan di Nagari Padang Limau Sundai dan Jembatan di Nagari Padang Air Dingin.
Tingginya curah hujan juga menyebabkan Batang Bangko, Sangir, meluap. Seorang remaja hanyut terseret arus. Koran bernama Indra Fauzal, 18. Hingga tadi malam, jasad Indra belum ditemukan (baca halaman 16).
Longsor dan Truk Terbalik
Di samping banjir, hujan deras kemarin juga menimbulkan terjadinya longsor di kawasan Sitinjau Laut Padang. Meski tidak menimbulkan korban jiwa ataupun mobil tertimbun, tapi kemacetan panjang tidak terhindarkan. ”Longsor telah tertangani oleh tim gabungan yang berposko di kawasan tersebut,” kata Harmensyah, tadi malam. ”Longsor telah tertangani, karena alat berat telah kami siaga di kawasan itu,” tambah Kepala Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan Pemukiman Sumbar Suprapto.
Sebelumnya, sekitar pukul 15.00 WIB, jalanan licin dan berkabut tebal karena cuaca ekstrim di kawasan Ladang Padi, Panorama I juga berimbas pada tergulingnya sebuah truk. Menurut Suprapto, truk tersebut berjenis tronton yang mengangkut batu bara dari arah Solok menuju Pelabuhan Teluk Bayur, Padang. Kondisi itu membuat kemacetan panjang hingga mencapai 10 kilometer. Truk baru bisa dievakuasi sekitar lima jam kemudian.
Harus Waspada
Kepala BMKG Maritim Teluk Bayur, Amarizal memperkirakan hujan dengan intensitas sedang masih akan terjadi hingga 15 hari ke depan di Padang dan Sumatera Barat pada umumnya. Untuk itu, dia mengimbau masyarakat waspada.
”Itu sudah harus diwaspadai. Pasalnya, mayoritas daerah di Sumbar rawan bencana,” katanya. Dia menyebutkan kawasan perbukitan sepanjang Jalan Padang-Bukittinggi, Padang-Solok, Padang-Painan, sekitar Pasaman dan sepanjang Bukit Barisan rawan longsor.
Begitu juga nelayan. BMKG memperkirakan tinggi gelombang laut berkisar 2 hingga 2,5 meter, masuk dalam kategori waspada. ”Utamakan kewaspadaan dan keselamatan, terutama mereka yang tinggal di kawasan dekat perbukitan, dekat pantai. Begitu pula yang berdomisili di perkotaan, karena banjir dan angin kencang kerap melanda,” sebutnya. (mg8/mg14)